Kamis, 13 Juli 2017

Sadder than he was

So today, I received not a very good news ( well I hate to say it as a bad news),that my boyfriend doesn't get the job, which we hoped would be his job for our life after the marriage. Reality speaks hard to us. Sedih.

Then, I called him by phone, just to cheer him up. I called him, just to hear his voice. Then, my heart starts crying.

When our regular "phone talk" came, I was so sad. I know he did too. Gue mencoba untuk menghibur dia, walau kenyataannya mungkin gue yang butuh dihibur. Gue, yang selalu memandang dunia ini secara negatif, harus menghibur pria ini, yang pikirannya jauh lebih positif. Gue yang selalu takut pada tanggung jawab masa depan keluarga, harus berusaha kedengaran tegar, dan yakin bahwa masih ada jalan untuk memikul tanggung jawab itu. Gue jadi lebih banyak diam saat ditelpon itu.

Then, he asked "kok kamu diem aja beb?," Which I answered "gapapa kok," sementara ada yang mengalir hangat dari pelupuk mata gue.

Sedih? Banget. Tapi gue ga mau dia tau kalo gue nangis ( well you know it now, honey). Because I truly love him. I know he needs my strength, not my tears.

Lo tau apa itu "Kasih"? Adalah ketika lo menguatkan hati lo untuk orang lain. Love is when you start to take someone's burden as yours. Adalah ketika lo bersungguh-sungguh menekuk lutut lo untuk memohon ampun sama Tuhan, supaya doa lo agar orang yang lo kasihi mendapat berkat, dan Tuhan mau dengar.

So why two is better than one? Biaya dua orang akan lebih besar,  tapi ga sebesar passion untuk membahagiakan satu sama lain.

Semoga Tuhan memberkati kami. Amin.