Rabu, 24 Oktober 2018

Ya udah

Setiap kali gue kesel karena sesuatu hal yang salah karena situasi, suami gue selalu bilang : "Yaudah beb. Mau diapain lagi. Mending cari solusinya."

Dan akhirnya gue setuju. Ya bener sih. Emang kalo ngeluh, bisa selesai masalahnya?

Gue belajar untuk berpikir: yaudah. Mau ngeluh juga percuma.

Saat gue iri sama orang lain dengan segala kebahagiaannya, gue belajar untuk bilang sama diri gue : Yaudah. Sirik cuma bikin stress. Enjoy your life with your family.

Gue belajar untuk mencintai suami gue dengan segala kekurangannya. Yaudah emang dia dulu nyakitin hati gue, asal dia bertobat dan bisa berubah, jalanin hidup aja dengan normal. Keluarga kan harta yang ga bisa dibeli pake rupiah.

May God help me through my hard times by thinking : yaudah lah ya.

Jumat, 19 Oktober 2018

Awkarin bertobat, lah gue apa??


Sejak kemunculannya, awkarin adalah salah satu fenomena pada masanya. Ciuman sama pacarnya, posting di media sosial, yang notabene bukan hal yang "wajar" pada saat ini di Indonesia yang masih menjunjung tinggi nilai sopan santun, belum lagi gaya hidupnya yang wow sekali..penuh drama, minuman keras, lekuk tubuh yang dengan santai diumbar..Awkarin membawa begitu besar pengaruh pada cara remaja memandang kehidupan sosial. Awkarin adalah semacam "life goals".

Gue sangat memandang awkarin dengan rasa tidak simpatik. Kenapa? Karena sebagai guru, gue merasakan 'teror' awkarin. Apa yang dia tampilkan, menjadi hal yang wajar buat siswa gue. Lebih lagi, gue punya anak perempuan. Can you imagine my feeling inside?

Dan akhirnya, kemarin, tanpa sengaja, gue mendapat kabar di Instagram bahwa Awkarin meninggalkan dunia Instagram (walaupun akunnya ga dihapus sih, mungkin dia cuma vakum) untuk terjun langsung membantu korban gempa di Palu. A standing ovation from me, for what she has done. Seorang yang sefenomenal sekelas Awkarin, punya jiwa sosial yang jauh lebih besar dari gue yang seorang pendidik.

Dan gue mulai berpikir tentang surga. Gue selalu diajarkan, ada 3 hal yang akan terjadi saat kita masuk surga :
1. Kita ga menyangka orang yang kita pikir ada di surga, malah ga ada disitu
2. Kita ga menyangka orang yang kita pikir ga ada di surga, malah ga ada disitu
3. Kita ga menyangka kita bisa masuk surga


Mungkin Awkarin cuma pencitraan bagi sebagian orang (well half of me). Mungkin dia memang benar-benar bertobat (half of me agree with this opinion). But, despite o all her bad influence, she still had a beautiful soul. While I'm not.

Semakin kesini, gue semakin sadar bahwa gue semakin jahat. Mungkin, gue lebih ga layak untuk surga dibandingkan seorang Awkarin.

So, as a conclusion:
1. We can't judge others, cause life is a cycle. Everybody has a chance to be better, or worse.
2. A real homework for me to be a better person, since I'm a teacher, a mother also.
3. Semoga gue menjadi salah satu orang yang "ga menyangka bisa masuk surga". Amin
4. I love you, husband (he will read it, I know for sure).