Selasa, 15 Mei 2012

saya bukan hakim. ini bukan penghakiman.

Cinta. 5 huruf, banyak makna, banyak pendapat. Bahagia dan terluka mengacu pada kata ini.
Bukan, bukan kata cinta yang mau saya bahas. Terlalu luas, dalam, dan general. Saya cuma mau bahas soal dasarnya aja.

Ada yang bilang, kalo cinta itu dari mata turun ke hati. Ada juga yang bilang, tumbuh seiring berjalannya waktu. Ga ada yang salah. Semua bisa mencintai, semua berhak berpendapat.

Seorang sahabat saya pernah bilang : orang yang cinta pada Tuhannya, dialah orang yang setia. Agak sulit untuk percaya, kalau tidak melihat, dan orang yang percaya pada adanya Tuhan, adalah orang yang bisa memegang keyakinannya pada hal-hal yang kadang terlihat absurd kalau tidak diimani, yang notabene merupakan dasar kesetiaan. Masuk akal. Tapi, apa benar demikian? Setia pada Tuhan adalah jaminan seseorang setia pada pasangan?

Bukan masalahkah kalau kita menjalin hubungan dengan yang tidak percaya akan keIlahan Tuhan yang kita sembah? Nanti dulu..

Tidak menjadi masalah besar melihat perkara iman dinomor duakan dalam menjalin hubungan. Yang menjadi masalah adalah, kenapa mencoba, kalau tahu akhirnya tidak bersatu, lalu pada akhirnya menyalahkan Tuhan karena mengijinkan itu terjadi?

Sejak saat merenungkan hal itu, saya berpikir bahwa setia itu relatif.


Minggu, 13 Mei 2012

UI.MIPA.KIMIA.KURSI.SAYA.



Akan tiba saatnya kita meninggalkan kursi-kursi nyaman itu. Tempat kita duduk, belajar, menulis, tertidur setelah semalaman begadang, ngobrol bersama sahabat, mengeluh, tertawa, menangis..

Kursi-kursi yang dulu kita keluhkan kelayakannya. Penuh guratan, entah hanya karena yang duduk disana bosan, atau mungkin menulis contekan.

Dan wajah-wajah baru bermunculan. Dengan kisah baru, tawa yang berbeda, hawa yang lain.

Kita tidak lagi disana, dan menamakan semua itu kenangan.

Live your life gratefully.

Kursi-kursi itu akan selalu terisi, dengan cerita yang berbeda. Hidupkanlah kenanganmu di hati, karena kursi tidak akan meminjamkanmu masa-masa yang sama itu lagi.


Pulo Gadung,
13 Mei 2012

Aku menulis dengan nelangsa

Senin, 07 Mei 2012

Tidak semua orang mengerti betapa lelahnya berjerih payah mencari rezeki. Saya, yang diizinkan Tuhan mengalaminya, hampir 4 tahun berlangsung, mengucap syukur dan terimakasih. Banyak pelajaran yang saya dapat. Tentang uang. Tentang menjalin relasi. Tentang ilmu. Tentang membagi waktu.

Mama dan bapak selalu menasihati : Kami ga punya harta uang. Cuma ilmu. Sekolah yang tinggi selagi kami masih mampu.

Putar otak, banting tulang. Semua cara yang bisa dilakukan untuk mencari uang, mama dan bapak kerjakan. Dan saya bangga turut ambil bagian. Walaupun sedikit.

Tidak. Saya tidak menangis menuliskan ini. Harus kuat, itu pelajaran berarti yang diberikan orang tua saya.

Tuhan, dengan segala kebesaranNya, telah memenuhi kami.

Selasa, 01 Mei 2012

Bangun tidur dengan mata bengkak. Sudah pukul 6 dan saya masih duduk diatas kasur. Apa iya saya sanggup bekerja dengan pengetahuan yang minim, dan bahkan satu-satunya sarjana sains disini?