Selasa, 15 Mei 2012

saya bukan hakim. ini bukan penghakiman.

Cinta. 5 huruf, banyak makna, banyak pendapat. Bahagia dan terluka mengacu pada kata ini.
Bukan, bukan kata cinta yang mau saya bahas. Terlalu luas, dalam, dan general. Saya cuma mau bahas soal dasarnya aja.

Ada yang bilang, kalo cinta itu dari mata turun ke hati. Ada juga yang bilang, tumbuh seiring berjalannya waktu. Ga ada yang salah. Semua bisa mencintai, semua berhak berpendapat.

Seorang sahabat saya pernah bilang : orang yang cinta pada Tuhannya, dialah orang yang setia. Agak sulit untuk percaya, kalau tidak melihat, dan orang yang percaya pada adanya Tuhan, adalah orang yang bisa memegang keyakinannya pada hal-hal yang kadang terlihat absurd kalau tidak diimani, yang notabene merupakan dasar kesetiaan. Masuk akal. Tapi, apa benar demikian? Setia pada Tuhan adalah jaminan seseorang setia pada pasangan?

Bukan masalahkah kalau kita menjalin hubungan dengan yang tidak percaya akan keIlahan Tuhan yang kita sembah? Nanti dulu..

Tidak menjadi masalah besar melihat perkara iman dinomor duakan dalam menjalin hubungan. Yang menjadi masalah adalah, kenapa mencoba, kalau tahu akhirnya tidak bersatu, lalu pada akhirnya menyalahkan Tuhan karena mengijinkan itu terjadi?

Sejak saat merenungkan hal itu, saya berpikir bahwa setia itu relatif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar