Minggu, 01 Juni 2014

pos pertama 2014

Lama tidak menulis. Terlalu lama sepertinya. Kalau blog ini buku, mungkin sudah berbau apak. Banyak hal yang harusnya bisa saya tulis. Mengendap di kepala, lalu berdebu, kemudian mati. Sudahlah. Disesali tak berguna lagi.

Tahun 2014. Umur saya seperempat abad. Masih sendiri. Entah. Banyak yang bertanya dengan pertanyaan klise "kapan menikah". Bosan.

Saya sempat menjadi perempuan yang khawatir. Waswas. Katanya, belum jadi wanita seutuhnya kalau belum jadi ibu. Bagaimana jadi ibu, kalau suami belum ada? Bagaimana ada suami, kalau pacar belum punya?

Semakin dewasa, saya semakin berpikir. Apa iya seorang wanita sejati harus menikah? Harus melulu punya anak? 

Bukan, saya bukan orang yang putus asa. Beberapa kali menjajaki hubungan baru. Tidak sesuai semua. Saya suka romansa. Bagaimana jadi pasangan, kalau yang dikejar status, bukan kenal pribadinya? Pada akhrinya, kita memaksakan mendekat, agar menjadi satu, dengan alasan waktu dan umur. Bukan lagi hati. Cih.

Saya memilih bahagia. Single adalah status yang harus disyukuri. Banyak kok, wanita yang bahagia tanpa pasangan. Malah banyak yang menikah malah menyesal. Jadi, kenapa mesti memilih stress dengan status?

Cinta akan datang, bila Ia yang Empunya takdir mengijinkan. Tugas saya? Berdoa, berusaha, dan berbahagia. Sekali lagi. Berbahagia!



Rabu, 23 Oktober 2013

kenyataan

  • Begitu mengenal jauh, semakin menjauh. Entah. Mungkin kita terlalu jenuh.
  • Terlalu banyak mengkhayal. Lupa kalau masih hidup dibumi.

Rabu, 25 September 2013

random

Seberapa banyak anak Indonesia yang tahu puisi "Padamu Jua"?
Berapa banyak yang hapal letak koordinat Indonesia di peta? Mati-matian saya menghapalnya waktu SD. 6 derajat Lintang Utara - 11 derajat lintang selatan, dan 95 derajat bujur timur - 141 derajat bujur timur.

Terakhir kali menyanyikan lagu Hamba Menyanyi, saya malah ditertawakan.

Mungkin saya yang tidak bisa maju. Dulu itu penting. Sekarang belum tentu. Mungkin. Probabilitasnya?
Ah. Sudah cukup.