Selasa, 03 Juli 2018

Through ups and downs

Gue dan suami adalah dua pribadi yang..gimana ya, awalnya berpikir punya banyak kesamaan, ternyata malah bertolak belakang banget. Contoh :

gue selalu negative thinking, while he's the positive thinker.

Terkadang gue harus bekerja secara multitasking. Suami gue? Jangan suruh dia kerjain dua kerjaan berbarengan. Pokoknya jangan, kalo lo masih mau waras. Wong satu kerjaan aja lamaaaaa banget selesainya.

Barang bawaan gue kemana-mana itu terbatas. Kalo bisa cuma satu tas. Apalagi kalo jarak deket. Dompet, hape, udah. Suami? Kalo lo mau cari Doraemon versi manusia, nah, itu laki gue.Bagus sih, kadang ada aja yang mendadak mesti ada, dan dia bawa. Walau bagasi mobil isinya kaya orang yang hidupnya nomaden.

Gue paling males liat kulkas isinya makanan yang udah lama ga dimakan, while my husband doesn't. He loves keeping everything. Giliran mau gue buang, dia bakal ceramah soal jangka waktu makanan bisa awet berapa lama di kulkas (walau kadang kalo dia lagi ga ada, gue buangin dikit-dikit, hahah..).

Sesuatu yang rusak buat gue harus langsung diganti, walau artinya harus keluarin budget lebih. Suami gue? He can fix almost everything. I mean.. everything. Selama YouTube nunjukkin caranya, itu barang bisa balik kaya semula. Minimal 90 persen lah. Gila ga tuh.

Gue paling males berdebat di medsos. Cape tau. Buang-buang waktu. Suami gue? Hobinya debatin orang ga dikenal tentang politik sama agama di media sosial. Itu tuh laki gue. Sampe-sampe gue pikir gue ga diakuin jadi istri saking dia ga pernah posting foto gue di Facebook lantaran dia ga mau gue diganggu orang yang ga suka dia dunia maya (baca : orang-orang yang sakit hati di "lawan" di media sosial).

Gue doyan sambel, dia ngga.

Gue gampang marah, dia sabar.

Gue hobi tidur, dia juga. Heheh.

Pokoknya banyaklah. Tapi satu hal yang udah pasti sama. Visi kita untuk Irene, our beautiful baby.

Punya anak itu menurut gue artinya lo harus ngorbanin hidup lo. Karena sekarang tugas lo adalah mempersiapkan kehidupan yang baik, layak, dan benar buat jiwa baru. Bukan tentang "gue" lagi. Tiap punya uang, you have to spend some of it for this little creature. Mau jalan, lo harus mikirin siapa yang nemenin ini anak. Mau belanja, lo harus inget stok popok dirumah. And many more. Lo harus makin mundur, supaya si kecil maju. Kebahagiaan lo adalah perngorbanan yang semoga ga sia-sia.

Visi gue dan suami sama. Untuk ngasih masa depan yang cerah buat Irene, dan calon adik-adiknya kedepan. Berat? Iya pasti. Dengan segala perbedaan antara gue dan suami, kita sama-sama harus membesarkan anak berbarengan.

Gue percaya kalo bhineka tunggal ika itu ada dikeluarga juga. Ada kalanya gue harus ngalah, ada kalanya suami yang harus ngalah. Kenapa? To make this relationship still working as we hope. To keep this family right on the track. To make sure that our next generation have better life than us. Gimana mau anak berhasil kalo orangtuanya ga sejalan.

I love my baby, like my husband love her too. Sama. Ketika lo mencintai hal yang sama, lo akan berusaha mencocokkan diri lo sama orang tersebut. Walau sulit.

Sama kaya ngefans sama idola, lo ga bisa egois kalo ada meet and greet, karena semua sama-sama suka sama si idola. Nah, kira-kira kaya gitu. Maunya memiliki, tapi itu harus dimiliki bersama. Otomatis harus saling kerjasama supaya sama-sama senang.

Irene itu kebahagiaan kami. Cape ngurusnya, tapi seneng.

Terlalu dini buat gue bilang bahwa gue bisa melewati semua bersama suami through ups and downs. But I hope so. I hope we will. I hope Irene would help us. Through ups. And downs. Amen.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar